TEORI ETOLOGI
1. Latar belakang teori
Teori etologi Etologi merupakan
sebuah studi yang mengenai tingkah laku lebih khususnya tingkah laku hewan.
Etologi menekankan landasan biologis, dan evolusioner perkembangan. Penamaan
(imprinting) dan periode penting (critical period) merupakan konsep kunci.
Teori ini di tegakkan
berdasarkan penelitian yang cermat terhadap perilaku
binatang dalam keadan nyata. Pendirinya adalah Carl Von Frisch soerang pecinta
binatang. Bertahun-tahun ia memelihara berbagai macam binatang dan mengamati
perilakunya. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan sekelompok itik dengan
anak-anaknya. Ia memiisahkan dua kelompok anak angsa, satu kelompok diasuh
induknya dan satu kelompok lagi ia asuh sendiri. Setelah beberapa bulan
kelompok anak angsa yang diasuhnya mengidentifikasi Carl Von Frisch sebagai
induknya. Kemanapun Carl Von Frisch pergi mereka selalu mengikuti. Suatu saat
dipertemukan kelompok asuhnya dengan induk aslinya ternyata kelompok yang
diasuh ini menolak induk aslinya. (2009b)
2. Definisi
Teori adalah
pernyataan-pernyataan tentang sebuah konsep yang tersusun secara integrative
yang berfungsi sebagai acuan saat harus menyebut/ mendeskripsikan saat membuat
prediksi dan saat menjelaskan sebuah fenomena atau sebuah perilaku yang muncul.
Ada dua macam fungsi teori, yang pertama sebagai kerangka berfikir dan yang
kedua adalah memberikan dasar dan alasan ketika melakukan invensi dan tindakan
yang nyata. (2009c)
Etologi berasal dari bahasa
Yunani yaitu ethos yang berarti kebiasaan dan logos yang berarti ilmu atau
pengetahuan. Ethos bisa pula berarti etis atau etika dan juga dapat berarti
karakter. Jadi secara etimologi etologi berarti ilmu yang mempelajari tentang
kebiasaan atau karakter. Namun etologi lebih dahulu dikenalkan sebagai ilmu
prilaku hewan. Etologi adalah suatu cabang ilmu zoology yang mempelajari
prilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme, serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya. (www.wikipedia.com)
Charles Darwin (1809-1882) telah
mengemukakan teori evolusi didalam buku yang ditulisnya dengan judul The Origin
of Species (1859). Teori Darwin membuktikan pertalian atau hubungan antara
manusia dengan binatang dan itu memberikan kemungkinan menggunakan binatang yang
lebih rendah peringkatnya, seperti monyet dan tikus sebagai alat untuk memahami
tingkah laku manusia. Pemikiran ini mulai mempenaruhi orang untuk memandang
etologi sebagai pola prilaku tipikal dari spesies binatang tertentu, termasuk
manusia. (Atang Bin Long,1978)
Sebagai kumpulan spesies, semua
anggota dari hewan spesies tertentu akan berprilaku berbeda dalam situasi yang
tertentu. Sehingga tingkah laku yang khas dari suatu spesies sesungguhnya
muncul dari warisan genetik dari spesies yang berkembang tersebut. Oleh karena
itu dapat diambil kesimpulan bahwa prilaku bersifat alamiah. (Haris,2009)
Ilmu yang mempelajari prilaku
atau karakter hewan tersebut digunakan di dalam pendekatan ilmu psikologi
perkembangan. Teori ini mencoba menjelaskan prilaku manusia. Sehingga di dalam
ilmu psikologi, etologi berarti ilmu yang mempelajari prilaku manusia di dalam
seting alami. Semua prilaku manusia adalah bentuk reaksi dari apa yang terjadi
di lingkungan alaminya. Teori Etologi memahami bahwa prilaku manusia mempunyai
relevansi dengan prilaku binatang. Sifat-sifat yang menonjol deri setiap
binatang diantaranya adalah sifat mempertahankan teritori atau wilayahnya,
agresif, dan perasaan ingin menguasai sesuartu. Sifat-sifat ini ditemukan pula
pada diri manusia. Karena hal tersebut maka para Etolog memandang bahwa
insting, yang merupakan sifat dasar hewan, adalah aspek yang pentinhg dalam
memahami prilaku manusia.
3. Tokoh- tokoh dalam teori
Etologi
Tokoh Etologi :
1. Karl Ritter von Frisch (20
November 1886 – 12 Juni 1982)
Seorang etnolog Austria yang
menerima Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1973
untuk prestasinya dalam fisiologi perilaku komparatif dan merintis karya dalam
komunikasi antara serangga, bersama dengan Niko Tinbergen dan Konrad Lorenz. Ia
belajar zoologi dengan Richard von Hertwig dan menggantikannya sebagai profesor
zoologi di Munich, Jerman. Ia mempelajari indera lebah, mengenali mekanisme
komunikasi mereka dan menunjukkan sensitivitas mereka pada cahaya ultraviolet
dan polarisasi. Di antara karyanya adalah studi persepsi sensorik lebah madu
dan merupakan salah satu tokoh pertama yang menerjemahkan arti tarian lebah.
Teori ini dipertentangkan oleh ilmuwan lain dan disambut dengan sikap skeptis
saat itu. Hanya sekarang karyanya terbukti sebagai analisis teoretis yang
akurat (lihat rujukan majalah Nature).
2. Sir Julian Sorell Huxley
(lahir di London, 22 Juni 1887 – meninggal 14 Februari 1975 pada umur 87 tahun)
Seorang ahli biologi evolusioner,
humanis, dan internasionalis asal Inggris. Ia adalah pendukung teori seleksi
alam dan salah seorang tokoh penting dalam sintesis evolusioner pertengahan
abad ke-20. Huxley adalah Sekretaris Organisasi Zoologi London (Zoological
Society of London) (1935-1942), Direktur UNESCO yang pertama, dan salah satu
pendiri World Wildlife Fund.
Huxley banyak mendapatkan medali
ataupun penghargaan dari berbagau pihak. Diantaranya ia pernah dianugerahi
Penghargaan Kalinga UNESCO pada tahun 1953 karena dianggap berjasa
mempopulerkan sains, Medali Darwin Royal Society pada tahun 1956, dan Medali
Darwin-Wallace Linnaean Society pada tahun 1958. Dia juga digelari gelar
kehormatan Sir pada tahun yang sama, 1958. Tahun berikutnya ia menerima
Penghargaan Istimewa Yayasan Lasker dalam kategori Keluarga Berencana – Populasi
Dunia (Planned Parenthood — World Population).
3. Clinton Richard Dawkins (lahir
di Nairobi, Kenya, 26 Maret 1941; umur 68 tahun)
Dawkins adalah seorang penulis,
ahli etologi, biologi evolusioner, ilmu pengetahuan umum Britania Raya. Ia
adalah seorang ateis yang banyak menulis tentang etologi, biologi evolusioner
dan ilmu pengetahuan umum. Ia juga seorang kritikus kreasionisme dan
perancangan cerdas yang terkemuka. Pada tahun 1986, dalam bukunya yang berjudul
The Blind Watchmaker, dia memperdebatkan analogi sang pembuat jam (argumen yang
menyatakan bahwa terdapat seorang pencipta yang adikodrati yang didasari oleh
kompleksnya makhluk hidup yang ada di dunia ini). Dia mendeskripsikan proses
evolusi sebagai sesuatu yang analog dengan sang pembuat jam yang buta. Sejak
saat itu, dia telah menulis beberapa buku sains populer dan beberapa kali
muncul di televisi dan radio, biasanya mendiskusikan topik-topik tersebut.
Beberapa Buku Karya Richard
Dawkins
• Richard
Dawkins (1976) The Selfish Gene (ISBN 0-19-286092-5) – Membahas mengenai
evolusi dari sudut pandang gen.
• Richard
Dawkins (1986) The Blind Watchmaker (ISBN 0-393-31570-3) – Menjelaskan mengenai
teori evolusi melalui seleksi alam juga untuk menjawab kritik terhadap buku
sebelumnya, The Selfish Gene.
• Richard
Dawkins (1996) Climbing Mount Improbable (ISBN 0-393-31682-3) – Membahas
mengenai probabilitas dan penerapannya dalam teori evolusi juga untuk membantah
kliam kaum kreasionis.
• Richard
Dawkins (1998) Unweaving the Rainbow (ISBN 0-618-05673-4) – Membahas hubungan
antara sains dan seni dari sudut pandang ilmuwan/scientist.
• Richard
Dawkins (2004) The Ancestor’s Tale (ISBN 0-618-00583-8) – Buku sains populer
yang mengisahkan perjalanan manusia melalui sejarah evolusi, bertemu dengan
kerabat manusia yang berasal dari leluhur yang sama.
• Richard
Dawkins (2006) The God Delusion (ISBN 978-0-552-77331-7) – Buku yang membantah
berbagai argumen pendukung eksistensi Tuhan.
4. Konrad Zacharias Lorenz (7
November 1903 – 27 Februari 1989)
Seorang psikologi, zoologi, dan
ornitologi berkebangsaan Austria. Dia memenangkan hadiah penghargaan Nobel
dalam bidang Kedokteran pada tahun 1973 bersama Nikolas Tinbergen dan Karl von
Frisch. Pada musim gugur tahun 1936, Lorenz menghadiri sebuah simposium yang
diprakarsai Prof. Van der Klaauw di Kota Leiden, Belanda. Dalam simposium ini,
Lorenz bertemu dengan Nikolaas Tinbergen yang juga seorang ahli tingkah laku
hewan (ethologist). Pertemuan ini nampaknya menjadi pertemuan bersejarah bagi
kedua ilmuwan tersebut. Mereka berdiskusi tentang hubungan antara respon
penyesuaian tempat dengan mekanisme pelepasan yang dapat menjelaskan timbulnya
tingkah laku berdasarkan insting. Pemikiran mereka merupakan cikal bakal
lahirnya ethologi.
5. Nikolas “Niko” Tinbergen (Den
Haag, 15 April 1907 – 21 Desember 1988)
Seorang etolog dan ornitolog
Belanda yang berbagi Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada
tahun 1973 bersama Karl von Frisch dan Konrad Lorenz atas penemuan mereka di
bidang biologi. Tinbergen terkenal untuk 4 pertanyaan yang dipercayainya harus
ditanyakan berkenaan dengan berbagai perilaku binatang. Selain itu, dengan
metodenya ia menerapkannya untuk menangani gejala autisme pada anak.
Nikolas memiliki dua orang
saudara. Saudaranya Jan Tinbergen, adalah seorang ekonom yang dianugerahi
Penghargaan Bank Swedia dalam Ilmu Ekonomi untuk mengenang Alfred Nobel.
Adiknya Luuk Tinergen juga berprofesi sama seperti dirinya.
Kolaborator Lorenz, Niko
Tinbergen, mengemukakan bahwa etologi selalu perlu memperhatikan 4 jenis penjelasan
tiap hal perilaku:
• fungsi:
bagaimana perilaku berpengaruh kuat pada kesempatan hewan untuk kelangsungan
hidup dan reproduksi?
• yang
menyebabkan: apakah stimuli yang mendapatkan tanggapan itu, dan bagaimana telah
diubah oleh pembelajaran terkini?
• pengembangan:
bagaimana perilaku berubah dengan umur, dan apakah pengalaman awal yang perlu
untuk perilaku untuk diperlihatkan?
• sejarah
evolusioner: bagaimana perilaku dibandingkan dengan perilaku bersama dalam
spesies terkait, dan bagaimana mungkin telah timbul melalui proses filogeni?
Langkah penting, dihubungkan
dengan nama Konrad Lorenz walau kemungkinan pada gurunya, Heinroth, ialah
pengenalan pola aksi tertentu. Lorenz membuatnya terkenal sebagai tanggapan
naluriah yang akan terjadi yang dapat dipercaya dalam kehadiran stimuli yang
dapat dikenali (disebut stimuli tanda atau stimuli pembebasan). Pola aksi
tertentu ini kemudian dapat dibandingkan melintasi spesies, serta persamaan dan
perbedaan antara perilaku yang dibandiangkan dengan persamaan dan perbedaan
dalam morfologi yang mana taksonomi berdasar. Studi dari Anatidae (bebek dan
angsa) yang penting dan banyak dikutip oleh Heinroth menggunakan teknik ini.
Para etolog mencatat bahwa stimuli yang membebaskan pola aksi tertentu umumnya
menonjolkan kemunculan atau perilaku anggota lain spesies mereka sendiri, dan
mereka dapat menunjukkan bagaimana bentuk penting komunikasi hewan dapat
ditengahi dengan pola aksi tertentu yang sedikit sederhana. Pengamatan yang
paling berpengalaman dalam bidang ini ialah studi oleh Karl von Frisch dari
yang disebut “bahasa tarian” mendasari komunikasi lebah. Lorenz mengembangkan
teori menarik dari evolusi komunikasi binatang berdasarkan pada pengamatannya
terhadap alam pola aksi tertentu dan keadaan yang mana hewan memancarkannya.
(2006b)
6. John Bowlby (26 Februari
1907-2 September 1990)
Seorang psikiater dan
psikoanalis, terkenal karena minatnya dalam perkembangan anak. Bowlby lahir di
London ke atas keluarga kelas menengah. Ia adalah anak keempat dari enam anak
dan dibesarkan oleh seorang pengasuh di gaya Inggris kelasnya pada saat itu.
Ayahnya, Sir Anthony Bowlby, pertama Baronet, adalah ahli bedah ke King’s Rumah
Tangga, dengan sebuah sejarah tragis: pada umur lima tahun, Sir Anthony ayah
sendiri (Yohanes kakek) tewas saat bertugas sebagai wartawan perang dalam
Perang Opium.
Biasanya, Bowlby melihat ibunya
hanya satu jam sehari setelah minum teh, meskipun selama musim panas ia lebih
tersedia. Seperti banyak ibu-ibu lain dari kelas sosial, ia menilai bahwa
perhatian dan kasih sayang orang tua akan menyebabkan berbahaya memanjakan
anak-anak. Bowlby beruntung dalam bahwa pengasuh dalam keluarganya hadir
sepanjang masa kecilnya. Bowlby mempelajari psikologi dan pra-klinis ilmu di
Trinity College, Cambridge, memenangkan hadiah untuk kinerja intelektual yang
luar biasa. Setelah Cambridge, ia bekerja dengan tunggakan maladjusted dan
anak-anak, kemudian pada usia dua puluh dua berkuliah di University College
Hospital di London. Pada usia dua puluh enam, ia memenuhi syarat dalam obat-obatan.
Sementara masih di sekolah kedokteran, ia mendaftar diri di Institut
Psikoanalisis. Setelah sekolah kedokteran, ia dilatih di dewasa psikiatri di
Rumah Sakit Maudsley. Pada tahun 1937, ia memenuhi syarat sebagai psikoanalis.
4. Contoh Penerapan
Contoh penerapan teori etologi
dapat kita lihat dalam perkembangan emosi dan social. Secara genetis bayi sudah
terprogram untuk mengikat ibunya dan memotifasi ibu untuk memberikan perhatian
yang memadai, contohnya: dengan cara menangis dan merangkak. Selain itu ada
juga teori kelekatan. Menurut teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku lekat
pada anak manusia diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebetulnya
tingkah laku lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan
anak secara biologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku.
Pada bayi, teori etologi ini
menerangkan bahwa ada beberapa fase kelekatan yang akan dialami oleh bayi.
Fase-fase kelekatan :
1. Merespon tak terpilah kepada
manusia. Fase ini akan terjadi pada bayi lahir sampai berusia 3 bulan.
2. Fokus hanya terhadap
orang-orang yang dikenalnya. Fase ini terjadi pada bayi berusia 3 sampai 6
bulan. Hal ini terjadi karena adanya intensitas aktivitas antara bayi dan
orang-orang yang sering berinteraksi dengannya Sehingga bayi muli dapat
membedakan antara orang yang dikenal dan yang tidak.
3. Kemelekatan yang intens dan
pencarian kedekatan yang aktif terhadap orang-orang sekitarnya. Fase ini
terjadi saat bayi berusia 6 bulan sampai 3 tahun.
4. Menunjukkan tingkah laku persahabatan.
Pada fase ini, anak mulai menunjukkan sikap kelekatan dan ketertarikan terhadap
teman sebayanya dan orang-orang yang baru ditemuinya. Fase ini terjadi pada
usia 3 tahun sampai akhir masa kanak-kanak.
5. Perkembangan teori etologi
Lorenz, Timbergen dan von Frisch
merupakan peraih nobel melali karya-karya mereka dalam etologi perkembangan.
Berkat karya yang di hasilkan Lorenz dan Tinbergen, etologi berkembang secara
kuat di benua Eropa dalam tahun-tahun sebelum PD II. Konnsep ini dikenal dengan
teori etologi modern. Setelah perang, konsep etologi menjadi lebih kuat di
Britania Raya, hal ini dimulai dengan kepindahan Tinbergen ke Universitas
Oxford dan ditabah dengan pengaruh dari William Thorpe, Robert Hinde dan
Patrick Bateson. Pada masa yang sama, teori etologi juga mulai berkembang
secara kuat di Amerika.
Pada tahun 1970, etolog Inggris
John H. Crook menerbitkan naskah penting dimana ia membedakan etologi
komparatif dengan etologi sosial, dan mengemukakan bahwa banyak dari etologi
yang telah ada sampaio kini sesungguhnya merupakan etologi komparatif,
memandang hewan sebagai individu, sedangkan di masa depan, para etolog akan
memerlukan konsentrasi pada perilaku kelompok sosial dari hewan dan struktur
sosial di dalamnya. Ini telah mengetahui sebelumnya. Buku E. O. Wilson
‘’Sosiobiologi’’ muncul pada 1975, dan sejak saat itu studi perilaku telah
lebih banyak berkaitan dengan aspek sosial. Juga telah didorong dengan yang
lebih kuat, namun lebih njlimet, Darwinisme yang dihubungkan dengan Wilson dan
Richard Dawkins. Pengembangan terkait ekologi perilaku juga telah membantu
mengubah etologi. Di saat yang sama persesuaian substansial dengan psikologi
komparatif telah terjadi, maka studi ilmiah modern pada perilaku menawarkan
spektrum pendekatan tanpa kelim secara kurang lebih, dari kesadaran hewan,
psikologi komparatif yang lebih tradisional, etologi, sosiobiologi dan ekologi perilaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar